Sabtu, 30 Juni 2012

bidang - bidang komunikasi


Pendahuluan
Pada bagian ini kita kaji tentang karakteristik komunikasi massa yang oleh banyak orang hanya dibatasi pada “komunikasi berhadapan dengan massa” atau “komunikasi berhadapan dengan orang banyak” atau “berpidato di hadapan dengan orang banyak”. Secara konseptual pemahaman ini kurang pas. Dalam bahasa Inggris, untuk menyebut “komunikasi berhadapan dengan massa atau publik” ini digunakan istilah “public speaking” ---misalnya, seorang kandidat presiden yang sedang berpidato di hadapan massa pendukungnya di sebuah lapangan terbuka.
Di sini, dalam studi komunikasi, komunikasi massa selalu dimengerti sebagai “komunikasi dengan menggunakan media massa”. Jika kita menyebut media massa, yang ditunjuk surat kabar, majalah atau tabloid, yang dikelompokkan ke dalam media cetak; atau radio dan televisi, yang keduanya disebut media elektronika. Media massa juga biasa disebut sebagai “media”, saja. Frasa “komunikasi massa” kita adopsi dari istilah bahasa Inggris “mass communication”, atau komunikasi media massa (mass media communication), yang berarti komunikasi dengan menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated”---komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak. Sedangkan istilah “mass media” (Inggris) atau “media massa” (Indonesia) adalah dari “media of mass communication”---media yang digunakan dalam komunikasi massa.
Sementara DeFleur & McQuails mendefinsikan komunikasi massa sebagai “suatu proses melalui mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarluskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai macam cara.”
Definisi lain datang dari Littlejohn yang mengatakan “komunikasi massa adalah suatu proses dengan mana organisasi-organisasi media memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang besar, dan proses di mana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience.” Ini artinya, proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audience.
Namun demikian, surat khabar, radio, atau televisi sebenarnya hanya merupakan alat teknis. Komunikasi massa yang dimaksud di sini bukan semata-mata komunikasi dengan bantuan teknologi radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya. Meskipun teknologi modern selalu digunakan dalam proses komunikasi massa, tetapi penggunaan alat-alat teknis ini tidak selalu menunjukkan komunikasi yang disebut komunikasi massa . Peralatan teknis ini tidak bisa dicampuradukkan dengan “proses” yang akan menjadi bahasan kita di sini. Komunikasi massa, sebagaimana digunakan di sini, bukan semata-mata suatu sinonim untuk komunikasi dengan bantuan radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya. Ilustrasi berikut bisa lebih menjelaskan hal ini.
Suatu penyiaran televisi oleh stasiun televisi kepada masyarakat luas mengenai konvensi politik, misalnya, merupakan komunikasi massa; tetapi siaran dalam sirkuit tertutup di mana operasi-operasi industri dimonitor melalui layar pesawat televisi oleh seorang ahli mesin, tidak bisa dikatakan sebagai komunikasi massa. Mengambil contoh yang lebih nyata, film “Pearl Harbour” yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi kita adalah komunikasi massa, tetapi rekaman video film mengenai pernikahan anak Pak Noyo dengan putri Pak Genggong yang diputar di ruang keluarga, bukan komunikasi massa.
Kedua, media di atas menggunakan teknik yang sama---transmisi elektronik dari gambar di satu fihak, dan perekaman film di fihak lain. Meski begitu, salah satu diantaranya tidak menerangkan atau menunjukkan komunikasi massa. Bukan komponen-komponen teknis dari sistem komunikasi modern itu yang membedakannya sebagai media massa. Komunikasi massa merupakan jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi, dan sifat komunikatornya .
Contoh lain yang relevan adalah telepon. Meskipun telepon membuat orang bisa berkomunikasi dengan orang lain dengan jarak geografis yang secara teoritis tak terbatas, tetapi alat komunikasi modern ini juga bukan komunikasi massa. Telepon bukan komunikasi massa sebab audiensnya tidak dalam jumlah besar dan tidak beragam---yang merupakan salah satu karakteristik institusi media yang penting. Orang-orangnya juga bukan komunikator profesional.
Ini berarti, ada beberapa syarat agar suatu format komunikasi disebut komunikasi massa atau institusi media. Syarat-syarat itu akan memberikan karakteristik khusus pada institusi media, yang membedakannya dengan format komunikasi yang lain (misalnya komunikasi antarpersona atau komunikasi organisasional), dan dengan institusi lain (misalnya dengan institusi pemerintah, pengadilan, atau keluarga). Memahami media dengan pendekatan institusional ini dilakukan agar fenomena media yang kompleks ini dapat dijelaskan secara komprehensif.


PROSES DALAM KOMUNIKASI MASSA
Dalam komunikasi massa, proses itu tentu disesuaikan dengan medianya. Definisi yang kita kutipkan di sini menunjukkan, komunikasi massa selalu berhubungan dengan transmisi dan penyebaran pesan. DeFleur/Dennis, misalnya, mengatakan “komunikasi massa adalah proses di mana komunikator professional menggunakan media untuk pesan secara luas, cepat dan kontinyu untuk menimbulkan makna yang diharapkan pada audience yang besar dan beragam dalam upaya mempengaruhinya dalam beragam cara.” Hal serupa juga dikatakan Janowitz (1968) : “komunikasi massa terdiri dari lembaga-lembaga dan teknik-teknik dengan mana kelompok-kelompok khusus menggunakan peralatan-peralatan teknologi (pers, radio, film dsb) untuk menyebarkan isi simbolik kepada audience yang banyak jumlahnya, heterogen dan terpisah-pisah.”
Dari sini kita bisa melihat komponen-komponen dalam komunikasi massa, yang mencirikan sifat khusus institusi media :
1. “Si pengirim” dalam komunikasi massa selalu merupakan bagian dari sebuah kelompok yang terorganisir, dan seringkali merupakan anggota dari sebuah lembaga yang punya fungsi lain selain komunikasi.
2. “Si penerima” selalu seseorang tetapi juga dapat dilihat oleh si pengirim sebagai suatu kelompok atau kumpulan dengan beberapa atribut umum tertentu.
3. Salurannya, tidak lagi terdiri dari hubungan antar manusia, alat-alat ekspresi atau pancaindera, tetapi mencakup alat-alat dengan sistem penyebaran yang berdasarkan teknologi. Sistem-sistem ini tetap memiliki komponen-komponen social, karena terikat pada hokum, adapt istiadat dan harapan-harapan masyarakat.
4. Pesan-pesan dalam komunikasi massa bukan merupakan sesuatu yang unik, dapat diulang-ulang dan seringkali sangat kompleks sifatnya.
Proses komunikasi dalam komunikasi massa berlangsung dengan menggunakan media massa. Media massa dengan demikian, maka proses ini akan lebih kompleks bila dibandingkan dengan, misalnya, komunikasi antar persona.

Sementara DeFleur/Dennis, menunjuk adanya lima tahap proses komunikasi massa (DeFleur, 1988 : 6) :

1.      Sebuah pesan diformulasikan oleh para komunikator professional

2.      Pesan dikirim secara cepat dan kontinyu dengan meneruskannya melalui media.

3.      Pesan menjangkau audiens yang luas dan beragam, yang menyertai media dengan cara yang selektif.

4.      Individu anggota audiens menginterpretasikan pesan dengan cara sesuai dengan makna berdasarkan pengalamannya yang diharapkan kurang lebih sama dengan yang dimaksud komunikator professional.

5.      Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audiens dipengaruhi dalam suatu cara bahwa komunikasi memiliki pengaruh.

Berikut adalah komponen-komponen proses komunikasi ini :

1. Komunikator professional.

Diantara beberapa komponen dalam proses komunikasi massa. “komunikator profesional” memegang peranan penting dalam proses komunikasi massa. Komunikator professional adalah sebuah tim, yang terdiri dari orang-orang yang berperan memproduksi proses komunikasi massa.  Dengan demikian, komunikator professional adalah “orang-orang media” itu sendiri atau dari institusi lain yang membentuk pesan dalam suatu format yang dapat ditransmisikan melalui media massa. Mereka adalah para spesialis yang memiliki keahlian khusus di bidangnya, seperti pada produser, editor, reporter, wartawan, redaktur, dan bagian teknis, yang mengorganisasi, mengedit, dan menyebarkan informasi, hiburan, drama, dan bentuk isi media yang lain. Umumnya mereka ada di rumah produksi (production house), perusahaan atau biro iklan.

2. Penjaga Gawang (Gatekeeper).

Komunikator profesional memiliki fungsi yang dikonsepsikan sebagai “penjaga gawang” (gatekeeper). Penjaga gawang adalah orang yang---dengan memilih, mengubah, dan menolak pesan---dapat mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau sekelompok penerima.  Keputusan penjaga gawang mengenai informasi mana yang diterima dan ditolak dipengaruhi oleh banyak variable.

3. Cepat dan Kontinyu.

Tahap ketiga dari proses komunikasi masa adalah menggerakkan pesan untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu. Dikatakan, media massa dapat mengatasi ruang dan waktu. Ini berarti, pengiriman pesan-pesan media massa, lebih dari media anatra personal, dilakukan secara cepat dan menyebar dalam jangkauan yang luas. Pada media cetak, penyebaran pesan tidak begitu cepat, setidak-tidaknya tidak secepat media elektronika.  Pada media elektronika kecepatan dan mengatasi hambatan geografis menjadi nomor satu.  Dengan teknologi komunikasi, dunia menjadi apa yang oleh Marshall Mcluhan sebagai ‘global village’. Penyebab utamanya adalah satelit komuknikasi. Satelit komunikasi menerima, memperkuat, dan mentransmisi sinyal suara, musik, TV, telepon, telegraf dan data dari titik ke titik lain di bumi. Wilayah liputannnya mencapai hingga 2/5 permukaan bumi, dan dapat menhubungkan informasi dari stasiun bumi ke satu atau banyak stasiun bumi yang lain.

Dikatakan kontinyu karena media massa bekerja secara ajeg. Ada periodesasi dan terus menerus. Surat kabar harian terbit setiap hari, majalah terbit setiap bulan, misalnya. Radio dan televisi menyiarkan program setiap hari, dalam rata-rata 20-an jam.

4.Keragaman Audiens.

Pesan menjangkau audiens yang luas dan beragam, yang menyertai media dengan cara yang selektif. Karena sifatnya yang umum, audiens media bisa sangat beragam, tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan, agama, suku, ras, dan segala macam pengelompokan social. Hal ini terlihat dari, misalnya bahsa yang digunakan. Sebisa-bisanya bahasa media harus dapat dipahami oleh semua anggota audiens pada semua tingkat intelektualitas. Pengguaan istilah-istilah teknis ilmiah misalnya, mencoba dihindari. Meskipun demikian pada kenyataannnya media mengenal sekmentasi. Sebagai contoh, semua orang tahu bahwa Koran Kompas mengambil sekmen kelas menengah ke atas, baik secara intelektual maupun ekonomis. Sementara Pos Kota mengambil sekmen masyarakat bawah. Disamping itu ada sekmentasi yang didasarkan atas jenis kelamin, usia dan hoby. Ada media yang ditujukan khusus kepada perempuan (majalan Femina, Tabloid Nova), dan ada yang khusus untuk laki-laki (Majalah Matra).

Individu anggota audiens menginterpretasikan pesan dengan cara sesuai dengan makna berdasarkan pengalamnnnya yang diharapkan kurang lebih sama dengan yang diakui komunikator professional. Makna ada pada audiens bukan pada komunikator. Oleh karena itu pesan –pesan media selalu diinterpretasikan oleh audiens berdasartkan simpanan prengetahuan yang ada pada mremori masing-masing individu.
Jarang terjadi makna yang dimaksudkan oleh komunikator sama persis dengan makna hasil interpretasi audiens. Untuk mendekati ’persamaan’ itu, komunikasi harus berlangsung timbal balik, terjadi dialog. Di sisi lain, makna juga dibentuk secara social, secara intersubjektif. Ada semacam kontrak sosial dalam suatu komunitas, dalam sebuah domain kebudayaan, atau dalam sistem sosial. Karena itu, makna dalam satu budaya tertentu bisa berbeda dengan makna dari komunitas budaya yang lain.

5. Pengaruh.

Sebagai hasil pengalaman makna ini anggota audiens dipengaruhi dalam suatu cara, bahwa komunikasi memiliki pengaruh. Pengaruh komunikasi biasanya dikonsepsikan sebagai dampak. Baik dalam komunikasi interpersonal, komunikasi organisasional, komunikasi publik maupun komunikasi massa.


PENGARUH MEDIA

Ada pengakuan di banyak orang bahwa media massa memiliki pengaruh atau dampak terhadap audiens. Sebuah berita, misalnya, menyebutkan : seorang anak usia belasan tahun melakukan perampokan karena beberapa kali menonton film kekerasan di televise. Dalam kehidupan sehari-hari, fenomena dampak media banyak kita jumpai. Misalnya, gadis-gadis menggunakan shampoo merk tertentu karena merek tersebut diiklankan di televise; atau, kita membatalkan pergi ke sebuah kota karena media massa memberitakan bahwa kota tersebut dilanda kerusuhan. Pernyataan yang menyimpulkan adanya dampak media, seperti yang tercermin dari contoh kasus di atas, nampak logis dan benar.

Meskipun demikian, apa yang dilakukan sebagi dampak media seprti yang terjadi dengan kasus-kasus semacam itu hanya merupakan perkiraan, atau simplikasi pemikiran. Kita tak dapat menjawab dengan pasti jika dirtanyakan : benarkah media menjadi penyebab (tunggal) bagi perilaku tersebut ? Dalam kasus perampokan yang dilakukan anak, misalnya, muncul pertanyaan : kenapa ribuan anak lain yang juga menonton program televise yang sama tidak melakukan perampokan?

Dalam konteks ini, sudah banyak diketahui bahwa hubungan sebab akibat dalam ilmu-ilmu social tak pernah tunggal. Artinya, sebuah akibat tak pernah disebabkan hanya oleh sebab tunggal, melainkan oleh banyak sebab. Sebaliknya juga berlaku, sebuah sebab juga dapat menimbulkan lebih dari satu akibat. Jika kita mengatakan, atau menyimpulkan, bahwa “Si Bonek” melakukan perampokan disebabkan oleh seringnya ia menonton film kekerasan di TV, maka kesimpulan ini telah mengesampingkan dictum dalam ilmu-ilmu social tersebut. Mengesampingkan teori dan kenyataan bahwa sebuah akibat tak pernah memiliki sebab tunggal, mengesampingkan bahwa Si Bonek hidup dalam suatu relasi social dengan factor-faktor yang memungkinkan dan potensial menjadi penyebab perilaku perampok. Kemiskinan, kesumpekan social, alienasi, misalnya, bisa menjadi factor-faktor penyebab perilaku perampokan.

Kasus lain, yang cukup fenomenal, adalah ketika Ronald Reagen terpilih menjadi presiden Amerika Serikat. Banyak ahli menyimpulkan, mantanm bintang film ini terpilih menjadi presiden karena factor media. Reagen memanfaatkan media massa, terutama televise, untuk menciptakan citra tertentu tentang dirinya. Sebagai seorang mantan bintang film, ia mampu “berakting” demikian rupa sehingga terbentiuk citra tertentu itu : meyakinkan khalayak bahwa ia layak menjadi presiden. Ia mengeksploitasi media untuk kepentingan itu karena memahami dan yakin akan kekuatan media.

Yang lain dikatakan dengan ilustrasi ini adalah, ada kompleksitas yang menyelimuti media massa ketika kita berbicara soal dampak media. Ada banyak factor yang ikut andil ketika kita menyimpulkan bahwa sebuah perilaku dipengaruhi oleh media.

1 Perspektif Historis

McQuail selanjutnya membedakan perkembangan itu menjadi tiga tahapan:

a.      Tahapan pertama, merentang dari awal abad ke sembilan belas hingga akhir tahun 1930-an. Media yang berkembang ketika itu memiliki pengaruh yang cukup untuk membentuk opini dan keyakinan, serta mengubah kebiasaan hidup. Pandangan seperti ini tidak didasarkan atas kajian ilmiah, tetapi atas dasar pengamatan terhadap kepopuleran pers, media film, dan media radio yang baru, serta pengaruhnya dalam banyak aspek kehidupan sehari-hari. Keyakina tersebut dianut bersama dan diperkuat oleh para pengiklan dan petugas propaganda pemerintah selama Perang Dunia I. Di Eropa, penggunaan media oleh negara-negara dictator selamanya terjadinya perang tampaknya menegaskan hal-hal yang cenderung telah diyakini orang-orang—bahwa media dapat sangat berpengaruh.

b.     Tahap kedua, dimulai dengan serangkaian studi Payne Fund di Amerika Serikat pada awal tahun 1930-an, yang berlanjut hingga awal tahun 1960-an. Banyak studi terpisah yang dilakukan tentang dampak jenis isi, terutama film atau program-program dalam kampanye secara kreseluruhan. Jenis studi yang diselenggarakan sangat beragam, tetapi perhatian dipusatkan pada kemungkinan penggunaan film dan media lainnya untuk keperluan persuasi aktif atau penyebaran informasi, atau untuk menilai, dengan tujuan pencegahan, dampak yang merusak dal;am kaitannya dengan pelanggaran hukum, prasangka, agresi, rangsangan seksual. Ikhtisar atas hasil penelitian yang dilakukan Joseph Klapper menyimpulkan “komunikasi massa biasanya tidak berfungsi sebagai penyebab dampak audiens yang perlu dan memadai, melainkan berfungsi melalui serangkian factor yang menengahi.” Persoalannya bukan karena media telah terbukti tidak memiliki dampak, dalam semua kondisi, tetapi karena media beroperasi dalam struktur social yang telah ada serta dalam konteks social dan budaya tertentu. Faktor social dan budaya ini memiliki peran penting dalam membentuk pilihan, perhatian, dan tanggapan dari audiens.

c.      Tahap ketiga, yang sekarang masih berlangsung, merupakan tahap di mana dampak dan kemungkinan dampak masih sedang ditelaah dengan tanpa menolak kesimpulan penelitian sebelumnya, tetapi didasarkan atas perbaikan konsepsi tentang proses sosial dan media yang mungkin terlibat. Pengkajian terdahulu sangat bersandar pada model yang menelaah korelasi antara kadar “pendedahan” (exposure) isi tertentu dan perubahan atau variasi sikap, opini, atau informasi yang diukur. Pembaruan penelitian dampak ditandai dengan adanaya pergeseran perhatian ke arah : perubahan jangka panjang: kognisi ketimbang sikap dan afeksi; peran yang dimainkan oleh isi, disposisi, dan motivasi sebagai variable sela (intervening variabel); gejala kolektif seperti iklim opini, struktur keyakinan, ideology, pola budaya bahkan bentuk-bentuk kelembagaan.

2.  Jenis Dampak Media

Dari beberapa ilustrasi di atas kita mengetahui bahwa dampak media berhubungan dengan perubahan, perubahan yang terjadi pada audiens setelah membaca, mendengar, atau menonton media massa. Dengan deminikan kita bisa mendefinisikan dampak media sebagai : “akibat yang diterima audiens setelah menerima pesan dari komunikator.” Namun sebenarnya dampak media tidak hanya disebabkan oleh pesan media. Media kita lihat fenomenanya. Pak Amat sering bangun kesiangan karena menonton televisi sampai larut malam. Seorang ibu mengeluh karena harus mambayar listrik lebih tinggi sejak membeli pesawat televisi. Dua fenomena ini merupakan dampak media, tetapi bukan karena pesan media, melainkan karena kehadiran televisi. Jadi, dampak media juga berhadapan dengan kehadiran media.

Stephen H. Chaffee, yang dikutip Jalaluddin Rachmat (1985:217), menyebut lima hal yang berhadapan dengan dampak kehadiran media ini, yakni:

a.      Efek ekonomis, dengan hadirnya surat khabar, akan menghidupi para loper Koran, berkembangnya perusahaan percetakan. Dampak yang lebih luas, baik kehadiran media cetak maupun media elektronik, akan menumbuhkan industri ikutan seperti biro iklan, rumah produksi, yang tentunya akan menciptakan lapangan kerja baru.

b.     Efek sosial. Dulu, ketika televisi masih langka di pedesaan, orang yang memiliki televisi akan meningkat status sosialnya. Karena masih jarang yang memilikinya, orang0-orang akan berkumpul di rumah pemilik televisi untuk menonton kotak ajaib ini. Di sini tercipta solidaritas sosial.

c.      Efek pada penjadwalan kegiatan. Mungkin kita pernah menyaksikan bagaimana ibu-ibu rumah tangga sangat menggemari telenovela. Karena penayangannya pada sekitar pukul 17.00 bersamaan dengan jam arisan, maka kelompok ibu-ibu ini mengiubah jam arisannya. Maka, kehadiran televisi telah mengubah jadwal kegiatan. Di luar itu, kegiatan televisi telah mengubah, lebih tegasnya, mengurangi jam kegiatan lain. Gejala semacam itu oleh Joyce Cramond disebut sebagai “displacement effects” (efek alihan) yakni reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya televisi: beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi (Jalaludin Rachmad, 1985:218).

d.     Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu. Orang menonton televisi, mendegarkan radio, atau membaca koran seringkali merupaka perilaku “bagitu saja” tanpa tujuan. Katika anda lelah atau tidak bisa tidur di malam hari, anda menghidupkan pesawat televisi tanpa anda peduli pada apa materinya. Anda mungkin sedang menghilangkan kesepian, rasa marah, atau bingung.

e.      Efek pada perasaan orang terhadap media. Anda mungkin menyenangi televisi, karena membuat anak-anak betah di rumah, tidak bermain di luar rumah. Tetapi mungkin juga tumbuh perasaan “benci” terhadapnya, karena membuat anak lebih “patuh” pada televisi ketimbang terhadap orang tua. Pernyataan sinis ini untuk menunjukkan bagaimana orang tua modern begitu sibuk sehingga menonton program di televisi.


3.  Faktor-Faktor Yang Memperkuat Dampak Media.

Banyak faktor yang membuat media menimbulkan dampak bagi khalayak.:

            Faktor Pertama adalah seberapa sering orang terlibat dengan media dalam hal menonton (televisi), mendengar (radio), atau membaca (koran). Atau diluruskan oleh para ahli komunikasi sebagai “media exposure” (terpaan media).  Anda barangkali hanya perlu menonton televisi selama dua jam per hari, dan yang anda tonton adalah program berita. Tetapi, orang, terutama anak-anak, yang menonton televisi samapai lebih dari tujuh jam per hari. Anda termasuk dalam kategori rendah media exposure-nya, sementara anak-anak diketegorikan tinggi tingkat media exposure-nya. Perbedaan tingkat media exposure ini tentu membawa perbedaan dalam menimbulkan dampak. Jika seseorang terlalu banyak menonton program kekerasan di televisi, dampaknya akan lebih kuat ketimbang yang jam tontonnya lebih rendah. Anak-anak sering mendendangkan jingle iklan ketika di kamar mandi, karena seringnya jingle tersebut ditayangkan TV. Pada fenomena lain, orang yang terlalu sering menonton program kekerasan televisi akan merasa bahwa dunia ini penuh kekerasan. Program kekerasan yang terlalau sering ditayangkan TV membuat orang membuat generalisasi bahwa apa yang ditampiulkan TV sama dengan realitas empirik yang sesungguhnya.

            Faktor kedua adalah kredibilitas. Dalam komunikasi, pesan itu penting tetapi siapa (komunikator) yang menyampaikan pesan tak kalah pentingnya. Informasi tentang bahaya penyakit AIDS akan lebih dipercaya masyarakat kita disampaikan oleh seorang dokter ketimbang disampaikan oleh seorang politikus. Dimata masyarakat, dalam hal aids, dokter lebih kredibel dibandingkan seorang politikus. Kredibilitas di sini menyangkut kompetensi—dokter lebih kompeten.
Di bidang politik, dalam pemilihan presiden, banyak pemberi suara yang membawa kepada kampanye pemilihan konsepsi tentang sifat-sifat yang paling diinginkan kepada pemegang jabatan pemerintah. Citra tentang pemegang jabatan yang ideal ini memberikan garis besar, atau standar, yang digunakan oleh pemberi suara untuk dibandingkan dan menilai sifat-sifat yang dipersepsinya pada kandidat yang benar-benar mencalonkan diri untuk jabatan. Beberapa studi melaporkan, para pemilih mencari sifat abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan energi. Gabungan ini sebenarnya merupakan gabungan sifat hero, dengan dimensi kepribadian yang kuat (Nimmo dan Savage, dalam Nimmo, 1989 : 210). Kepribadian ini menjadi faktor utama tumbuhnya kedibilitas seorang calon presiden.
Dalam kaitannya dengan kredibilitas ini, studi lain, yakni studi Miller dan Jackson (1976) menemukan, pertama, struktur citra rakyat tentang pemegang jabatan sangat stabil, dan memiliki dimensi-dimensi yang jelas, termasuk bagaimana orang membayangkan sifat pribadi. Latar belakang profesional, afiliasi partai, dan pendirian ideologis kandidat yang ideal; kedua, perbandingan citra ideal pemberi suara dengan persepsi mereka tentang kandidat pada dimensi-dimensi sifat personal dan latar belakang profesional menyajikan perkiraan yang akurat tentang hasil pemilihan umum (dalam Nimmo, 1989 : 210). Ini juga masalah kepribadian, yang kemudian menjadi faktor kredibilitas.
Faktor ketiga adalah konsonansi (kesesuaian). Anda mungkin pernah merasakan, bahwa ada tokoh yang anda sukai di samping yang tidak disukai. Untuk tokoh yang tidak anda sukai, begitu muncul di televisi, misalnya, setiap pesan yang disampaikan tidak pernah sampai ke memori anda. Anda memiliki predisposisi untuk menolaknya, karena tidak adanya ketidaksesuaian antara pesan yang datang dengan informasi yang ada dalam memori anda. Sebaliknya, pada tokoh yang anda sukai, pesan darinya akan mudah anda terima, karena sudah ada kesesuaian antara pesan yang datang dengan simpanan informasi di memori anda.
Faktor keempat, adalah signifikansi. Dalam media massa, ada informasi yang penting dan sangat berarti bagi anda, tetapi ada yang tidak. Jika anda seorang penggemar ikan hias, maka informasi tentang kenaikan harga makanan ikan hias akan anda anggap penting, lebih panting dari informasi mengenai perubahan kurikulum, misalnya. Informasi yang signifikansinya bisa berlaku lebih luas, dan bisa pada khalayak. Informasi mengenai kenaikan harga bahan bakar akan memiliki signikansi luas sehingga juga berdampak pada khalayak luas.
Faktor kelima adalah sensitif. Di jaman Orde Baru dulu, ada istilah yang amat populer, yakni stabilitas nasional. Media massa selalu diwanti-wanti agar tidak memuat berita-berita yang sensitif, yang dapat mengganggu stabilitas nasional. Berita-berita yang dianggap sensitif itu adalah mengenai SARA. Berita sensitif akan berdampak besar dan luas, karena sedikit kesalahan saja akan membawa dampak pada hubungan sosial, konflik, dan kerusuhan.
Faktor berikutnya berhubungan dengan situasi kritis. Ketika terjadi krisis politik di tahun 1998, ada kesimpangsiuran informasi tentang reformasi. Masyarakat sulit membedakan informasi yang bisa dipercaya dan informasi yang hanya gosip. Dalam situasi kritis demikian, dampak sebuah informasi akan besar. Misalnya, informasi tentang siapa yang benar-benar reformis, informasi tentang siapa yang berkuasa, akan memiliki dampak besar bagi khalayak.
Faktor lain yang juga penting adalah dukungan komunikasi antarpribadi. Dalam teori ”komunikasi dua tahap” (two step flow), dikatakan bahwa komunikasi massa sering tidak efektif. Dalam berbagai penelitian terbukti, komunikasi massa akan lebih efektif bila disertai dan didukung komunikasi antarpersona.







FUNGSI KOMUNIKASI MASSA
Pentingnya media massa di masyarakat, menurut Denis McQuail, adalah di samping merupakan industri yang terus berkembang—dengan menciptakan tenaga kerja serta menghidupi industri lain—juga karena media merupakan sumber kekuatan (Mc Quail, 1989 :3). Di luar itu media merupakan forum untukmenampilkan berbagai peristiwa, menjadi wahana pengembangan kebudayaan, serta sumber dominan bagi orang untuk memperoleh ganbaran tentang realitas sosial. Ini yang membuat studi tentang komunikasi massa menjadi semakin banyak diminati.
Di antara ahli komunikasi yang teorinya tentang fungsi media banyak dikutip, Harold D. Lasswell barangkali menempati tempat utama. Menurut Laswell, ada 3 (tiga) fungsi media massa, yakni (1) pengawasan lingkungan, (2) korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan, dan (3) transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga aktivitas ini biasanya ditambah dengan fungsi keempat, yakni (4) hiburan.
Pengawasan, menunjukkan pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di dalam maupun di luar masyarakat tertentu. Dalam banyak hal, fungsi ini berhubungan dengan “penanganan berita”. Tindakan korelasi meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa-peristiwa tadi. Aktivitas ini dikenal sebagai editorial atau propaganda.
Sedang transmisi warisan sosial berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma sosial dari generasi ke generasi lain atau dari anggota-anggota satu kelompok kepada pendatang baru. Kita sering menyebutnya sebagai fungsi pendidikan. Fungsi hiburan berhubungan dengan hiburan massa, yang digambarkan para kritikus kebudayaan sebagai “hiburan massa adalah disfungsional selama ia gagal menimbulkan atau menumbuhkan selerapublik sampai pada tingkatan yang mungkin dicapai oelh bentuk-bentuk hiburan yang kurang meluas seperti teater, opera, dan drama-drama klasik.”
Ada satu fungsi lagi yang ditambahkan di sini, yakni fungsi mobilisasi. Menurut Denis McQuails, fungsi ini berhubungan dengan upaya “mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang agama.” Fungsi mobilisasi agaknya yang paling relevan dengan permasalahan yang mencoba menghubungkan peranan pers dengan upaya mewujudkan pemerintahan yang baik.
McQuails sendiri memerinci fungsi media lebih detail lagi (McQuail, 1989:70). Menurutnya ada fungsi media bagi maasyarakat dan ada pula fungsi bagi individu. Fungsi utama media bagi masyarakat terdiri dari fungsi informasi, fungsi korelasi, fungsi kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Fungsi informasi meliputi : menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia; menunjukkan hubungan kekuasaan; memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan.
Sedangkan fungsi korelasi meliputi : menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi; menunjang otoritas norma-norma yang mapan; melakukan sosialisasi; mengkoordinasi beberapa kegiatan; membentuk kesepakatan; menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. Fungsi kesinambungan terdiri dari : mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru; meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
Fungsi Hiburan meliputi menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana relaksasi; meredakan ketegangan sosial. Fungsi mobilisasi adalah mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama.

Sedangkan fungsi media bagi individu adalah :
Informasi
>> Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, maysrakat dan dunia.
>>Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan
>>Memuaskan rasa ingin tahu da minat umum
>>Mengidentifikasi diri sendiri
>>Belajar, pendidikan diri sendiri
>>Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.


Identitas pribadi
>> Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi
>> Menemukan model perilaku
>> Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)
>> Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

Integrasi dan Interaksi Sosial
>> Memperolah pengetahuan tentang keadaan orang lain : empati sosial
>> Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki
>> Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
>> Memperoleh teman selain dari manusia
>> Membantu menjalankan peran sosial
>> Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat.

Hiburan
>> Melepasakan diri atau terpisah dari permasalahan
>> Bersantai
>> Mengisi waktu
>> Penyaluran emosi
>> Membangkitkan gairah seks.

Jumat, 29 Juni 2012

HAKEKAT TEKNOLOGI KOMUNIKASI

KATA PENGANTAR


Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat izin-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi yang telah membimbing kami. Lalu kepada teman-teman yang telh membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Makalah ini membahas mengenai Hakekat dari Teknologi Komunikasi. Sebelum memasuki penjelasan yang lebih jauh mengenai Perkembangan Teknologi Komunikasi, akan lebih baik bila kita mengenali lebih dulu apa yang di maksud dengan Hakekat Teknologi Komunikasi. Hakekat ini sendiri diperlukan agar kita bisa memahami arti sebenarnya dari Teknologi Komunikasi. Harapannya makalah ini bisa berguna bagi pembaca yang ingin lebih memahami mengenai Hakekat Teknologi Komunikasi.
Sekian tutur kata dari kami, apabila ada salah kesalahan dalam penulisan dan penjelasan, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Kami juga akan sangat senang apa bila pembaca berkeinginan untk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami.
Terima kasih.



Banjarmasin, 10 Maret 2011



Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, penggunaan teknologi sudah tidak lazim lagi. Dari sebuah pekerjaan yang kecil hingga yang besar, hampir semuanya menggunakan teknologi. baik itu berupa bantuan atau pekerjaan keseluruhan. Teknologi sendiri bisa berupa cara sebuah cara atau solusi, bisa juga berupa peralatan yang bisa memudahan manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jadi tidak heran apabila ada yang namanya teknologi komunikasi. Dimana teknologi ini merupakan peralatan perangkat keras yang terdapat dalam organisasi yang memudahkan untuk bertukar nilai-nilai sosial, agar bisa diproses dan dimengerti satu sama lain. Keinginan untuk mengetahui lebih baik lagi tentang Teknologi Komunikasi (Teknokom) yang menjadi dasar pembuatan dari makalah ini. Teknologi komunikasi akan menjadi bagian penting dari perkembangan kehidupan manusia.
Berfokus pada Hakekat Teknologi Komunikasi dimana ini merupakan penjabaran mengenai secara jelas mengenai Teknologi Komunikasi itu sendiri. Sebelum memasuki penjelasan mengenai Hakekat Teknologi Komunikasi, akan lebih baik dimulai dengan penjelasan secara satu persatu


A. Hakekat

1. intisari atau dasar dia yg menanamkan  ajaran Islam di hatiku
2. kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya): pd
-nya mereka orang baik-baik; syariat palu-memalu, pd  nya adalah balas-membalas, pb kebaikan harus dibalas dng kebaikan.

B. Teknologi

1. metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan;
2. keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia;

C. Komunikasi

1. pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak;
2. perhubungan;
Keinginan untuk mencari tahu lebih banyak mengenai Teknologi Komunikasi inilah yang menjadi awal mulai dari kami untuk membahas Hakekat Teknologi Komunikasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini disusun dengan beberapa masalah yang telah dipersiapkan :
a. Apa yang dimaksud dengan Teknologi Komunikasi?
b. Apa saja yang menjadikan Teknologi Informasi berbeda dengan Teknologi Komunikasi?
c. Bagaimana Teknologi Komunikasi berjalan dalam masyarakat?
C. TUJUAN
Makalah ini membahas Hakekat Teknologi Komunikasi karena adanya keinginan untuk memahami lebih jelas mengenai Teknologi Komunikasi. Namun, sebelum itu akan lebih baik bila di mulai dengan pemahaman mengenai Hakekat. Dengan adanya penjelasan mengenai Teknologi Komunikasi yang sebenar-benarnya dimaksudkan agar pembaca lebih mengenal teknologi Komunikasi sebelum memasuki tingkatan yang lebih tinggi lagi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKEKAT TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Munandar Sulaiman dalam bukunya Ilmu Sosial Dasar, mengutip pernyataan Eugene Staley, menyatakan bahwa dalam konsep pragmatis ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian teknologi berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan yang dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. Berdasarkan hal tersebut maka teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan manusia. Dan dalam perkembangan teknologi dibidang informasi terdapat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Pengertian dari Teknologi Komunikasi (Teknokom) adalah peralatan perangkat keras dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu-individu lain (Rogers, dalam Abrar. 2003). Teknologi komunikasi dianggap mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, perangkat keras dan perangkat lunak dari komunikasi modern.
Sebagai satu satuan yang membentuk kata teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Jika komunikasi seperti dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami, jika arti komunikasi dikaitkan dengan teknologi maka penekanan kata teknologi komunikasi lebih tertuju kepada kata “media”. Sehingga teknologi komunikasi didefinisikan sebagai alat (media) yang digunakan untuk melakukan penyampaian informasi kepada orang lain dengan efektif dan efisien. Lebih jelasnya media yang dimaksud dapat berupa komputer, teleconferencing, video, animasi, multimedia interaktif, jaringan internet dll.
Secara tersirat definisi di atas bahwa
 Teknokom adalah alat. Teknokom dilahirkan oleh sebuah struktur ekonomi, sosial dan politik. Teknokom membawa nilai-nilai yang berasal dari struktur ekonomi, sosial, dan politik tertentu.  Teknokom meningkatkan kemampuan indera manusia, terutama kemampuan mendengar dan melihat.
Keempat aspek di atas teknologi komunikasi ini menjadi kriteria dalam menilai apakah sebuah alat (hardware) merupakan teknokom atau tidak. Jika keempat kriteria ini tidak dimiliki oleh sebuah alat (hardware), maka ia tidak bisa dikatakan sebagai sebuah teknokom.
Misal sebutlah telepon seluler (ponsel). Bisakah ponsel disebut sebagai teknokom? Jawabannya ditentukan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:

-              Apakah ponsel sebuah alat?
-              Apakah ponsel dilahirkan oleh struktur ekonomi, sosial dan politik tertentu?
-              Apakah ponsel membawa nilai-nilai yang berasal dari struktur ekonomi, sosial dan politik yang   membuatnya?
-              Apakah ponsel meningkatkan kemampuan indera manusia?
Jawaban untuk pertanyaan 1 sangat jelas ya. Pertanyaan 2 ia dilahirkan dari struktur ekonomi kapitalis dan sosial liberal. Pertanyaan 3 juga jelas ya, ponsel membawa nilai liberal, pemilik ponsel bisa menghubungiu dan dihubungi siapa saja. Pertanyaan 4 juga jelas ya, ponsel meningkatkan indera dengar orang yang memakainya. Akhirnya ponsel sah sebagai teknokom.
Bisa saja ponsel menegasikan nilai tradisional (misalnya sowan), menciptakan gaya hidup dan tingkah laku kapitalis yang profit orinted dan mengamalkan budaya konsumtif, ponsel menjadikan penggunanya memiliki ideologi baru dalam konteks intelektualitas dan moralitas.
Teknologisasi yang terjadi di dunia ketiga adalah ibarat pedang bermata dua, yakni sebagai pembawa dan penghancur nilai-nilai. Sebagai pembawa nilai-nilai yang berjuis-kapitalis Barat yang rasionalistik, individualistik, positivistik, tapi juga sekaligus sebagai penghancur budaya lokal yang religius-asketis, fatalis serta memegang teguh prinsip-prinsip collective collegia (Denis Coulet, dalam Abrar. 2003).
B. TEKNOLOGI INFORMASI DAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.
Teknologi informasi adalah pemrosesan , pengolahan dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Isi dari ilmu tersebut dapat berupa teknik-teknik dan prosedur untuk menyimpan informasi secara efisien dan efektif. Informasi dapat dikatakan sebagai data yang telah di olah. Informasi tersebut dapat disimpan dalam bentuk tulisan, suara, gambar, gambar mati ataupun gambar hidup, Sehingga informasi akhirnya dapat berupa ilmu dan pengetahuan itu sendiri.
Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986), mengemukakan bahwa "Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai sosial dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan informasi dengan individu atau khalayak lain." Pengertian informasi disimpulkan sebagai sebuah proses pengolahan data berupa data (informasi) dengan menggunakan perangkat komputer atau alat elektronik lain yang berfungsi memproses termasuk menyimpan dan menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Teknologi informasi lebih ditekankan pada hasil data yang diperoleh sedangkan pada teknologi komunikasi ditekankan pada bagaimana suatu hasil data dapat disalurkan, disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan.
Teknologi informasi berkembang cepat dengan meningkatnya perkembangan komputer dengan piranti pendukungnya serta perkembangan teknologi komunikasi yang ada.
Teknologi komunikasi merupakan alat yang menambah kemampuan orang berkomunikasi. Peralatan perangkat keras (hardware) dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses, dan saling tukar menukar informasi dengan individu-individu lainnya.
Teknokom (Teknologi Komunikasi) berkembang cepat karena bantuan teknologi elektronika, sehingga proses komunikasi tidak lagi dibatasi ruang dan waktu.
Teknologi komunikasi berkembang cepat dengan meningkatnya perkembangan teknologi elektronika, sistem transmisi dan sistem modulasi, sehingga suatu informasi dapat disampaikan dengan cepat dan tepat
Teknokom memungkinkan manusia melihat berbagai fenomena sosial yang saling berkaitan dan mempengaruhi., terutama untuk menghadapi masyarakat terbuka (open society).
Di sisi khalayak (audience), teknokom digunakan untuk mencari, mengolah, membagi, meyimpan, membandingkan, memutakhirkan informasi, sehingga teknokom menjadi sentral dalam proses komunikasi.
Dalam International Communication Association/ICA (ikatan sarjana komunikasi internasional) bagi sarjana yang menekuni teknologi komunikasi dikelompokkan pada divisi Communication and Technology. Bagi yan gmenekuni tekonologi informasi pada divisi Sistem Informasi.
Apabila diamati dengan lebih mendalam antara pengertian teknologi komunikasi maupun teknologi informasi, bisa dilihat bahwa di antara dua bidang tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, bahkan seringkali digunakan untuk menyebut hal yang sama secara bergantian. Oleh karena itu, dalam penggunaan sehari-hari kedua istilah tersebut seringkali diucapkan dalam nafas yang sama, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain.
C. PRINSIP TEKNOLOGI KOMUNIKASI DIBENTUK OLEH TEKNOLOGI ELEKTRONIKA      
objek bisa diubah menjadi gambar melalui pendekatan lensa.
gambar proyeksi bisa diubah mednjadi gelombang elektromagnetik melalui pendekatan foto sel (scanning device).
suara bisa diubah menjadi sinyal listrik melalui pendekatan microphone.
Sinyal listrik yang bermuatan gambar proyeksi dan suara dipancarkan melalui kabel, jasa satelit komunikasi, sinyal listrik bisa dikirim kemana saja di muka bumi, bahkan ke ruang angkasa sekali pun.
Sinyal diterima sistem antena dan masuk ke alat yang bisa mengubah sinyal menjadi gambar proyeksi kembali, gambar bisa dilihat di layar monitor, digandakan dan dicetak (Ishadi dan Wahyudi, dalam Abrar. 2003).
Teknokom memungkinkan manusia melihat berbagai fenomena sosial yang saling berkaitan dan mempengaruhi., terutama untuk menghadapi masyarakat terbuka (open society).
Di sisi khalayak (audience), teknokom digunakan untuk mencari, mengolah, membagi, meyimpan,membandingkan, memutakhirkan informasi, sehingga teknokom menjadi sentral dalam proses komunikasi.
D. HUBUNGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN BUDAYA

Teknologi dalam aspek kultural yang sangat nyata saat ini dapat dilihat dari lingkup teknologi komunikasi dimana jarak komunikasi antar manusia di bumi menjadi sangat dekat, hampir tak berbatas. Dulu, cara berkomunikasi dua orang yang tinggal di negara atau bahkan kota yang berbeda saja adalah dengan menggunakan surat yang memerlukan perangko dan harus dikirim melalui pos serta memakan waktu yang tidak sebentar. Kini, untuk bertukar informasi, seseorang yang berada di Indonesia dapat berhubungan dengan temannya yang tinggal di Amerika dalam waktu yang sangat cepat dan dengan menggunakan alat yang sangat mudah. Alat komunikasi ini pun beragam, mulai dari telepon, pesan singkat lewat telepon seluler, atau mengirim email.
Dan Teknologi komunikasi sendiri memiliki hubungan dengan kebudayaan seperti berikut:
Teknokom sebagai faktor yang determinan dalam masyarakat, ia bisa menciptakan perubahan sosial dan mengubah kehidupan masyarakat, misal menjadi lebih egaliter.
Teknokom sebagai industrialisasi, ia diciptakan secar amassal dalam jumlah yang banyak.
Teknokom sebagai suatu alat baru, tidak semua efek negatif teknokom bisa dteratassi dengan baik (McOmber, dalam Abrar 2003).
Pesan teknokom adalah mendidik pemakainya untuk :
Melakukan demassifikasi, tidak massal, terjadi perubahan kontrol pesan ada pada khalayak, dengan memilih informasi yang sesuai dengan keinginan mereka. Sebaliknya massifikasi, kontrol pesan ada pada produser informasi, seperti suratkabar, radio, televisi, khalayak hanya pasrah pada berita yang disiarkan.
Menyesuaikan diri, ia harus menyesuaikan diri dengan berbagai standarisasi, mulai dari petunjuk teknis penggunaaan, teknis pengiriman pesan, dan nilai nilai kemanusiaan dan makna pesan teknokom.
Meningkatkan informasi:
(a) berhubungan dengan individu di daerah/negara lain dengan cepat,
(b) menyalurkan aspirasi dan ekspresi yang menjadikan akrab satu sama lain,
(c) mengakses hasil-hasil kebudayaan yang menucul di berbagai daerah/negara lain,
(d) mengingkatkan partisipasi merekadalam kehidupan sosial politik yang menyangkut seluruh daerah/negara lain.
Hubungan teknokom dan masyarakat informasi :
Pengertian masyarakat informasi:
(a) mereka yang telah terkena terpaan (exposure) media massa dan komunikasi global,
masyarakat yang sadar informasi dan mendapat penerangan cukup (istilah populer),
(b) masyarakat yang menjadikan informasi sebagai komoditas yang sangat berharga
ekonomis, berhubungan dengan masyarakat lain dalam sistem komunikasi global, dan mengakses informasi superhighway (istilah komunikasi).
Information society atau masyarakat Informasi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah masyarakat dan sebuah ekonomi yang dapat membuat kemungkinan terbaik dalam menggunakan informasi dan teknologi komunikasi baru (new information and communication technologies (ICT’s)).
Dalam masyarakat informasi orang akan mendapatkan keuntungan yang penuh dari teknologi baru dalam segala aspek kehidupani tempat kerja, di rumah dan tempat bermain. Contoh dari ICT’s adalah: ATM untuk penarikan tunai dan pelayan perbankan lainnya, telepon genggam(handphone), teletext television, faxes dan pelayan informasi seperti juga internet, e-mail, mailinglist, serta komunitas maya (virtual community) lainnya.
Pengertian lain dari informastion society atau masyarakat informasi adalah suatu keadaan masyarakat dimana produksi, distribusi dan manipulasi suatu informasi menjadi kegiatan utama. Jadi dapat dikatakan bahwa pengolahan informasi adalah inti dari kegiatan.
E. PERSPEKTIF TENTANG PENERAPAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI.
Suatu organisasi/lembaga pengguna teknologi komunikasi memandang penerapan teknologi komunikasi sebagai :
1. Manajemen sistem
2. Proses birokrasi
3. Pengembangan Organisasi
4. Proses Tawar menawar
Pelaku Penerapan Teknologi Komunikasi
Dalam rangkaian sumber, penyampaian dan penerimaan informasi ada beberapa pihak yang tersangkut dan saling tergantung satu dengan yang lainnya, yaitu :
1.Pemakai
2. Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi
3. Produsen peralatan komunikasi
4. Badan yang mengatur/mengkoordinir seluruh kegiatan komunikasi dari segi ekonomis dan teknis dalam mengadakan peraturan, standar, harga patokan, dan lain-lain.
Unsur-Unsur Penerapan Teknologi Komunikasi
Unsur-unsur teknologi komunikasi adalah :
1. Informasi, dapat berupa tulisan, suara, musik, gambar,dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan bentuk-bentuk yang berbeda.
2. Alat yang dipergunakan untuk meneruskan informasi, dengan media transmisi dan sistem modulasi
3. Dengan cara yang sesuai,bentuk akhir ( informasi yang diterima ) harus seserupa mungkin dengan bentuk awal ( informasi yang dikirimkan ) dan dalam batas-batasdistorsi yang dapat ditolerir.
4. Dalam jumlah maupun kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang semakin jauh dengan biaya yang seekonomis mungkin.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teknologi Komunikasi merupakan perangkat keras atau peralatan yang terdapat dalam sebuah struktur organisasi yang mengandung nilai-nilai sosial, yang memungkinkan setiap individu mengumpulkan, memproses dan saling tukar informasi dengan individu-individu-individu lain. Di jaman yang sekarang semakin maju, Teknologi akan semakin berkembang. Dengan adanya Teknologi Komunikasi akan memungkinkan bagi siapa saja yang ingin mengenali dan memahami lebih baik tentang perkembangan teknologi terutama yang berhubungan dengan komunikasi. Teknologi Komunikasi tesebar dimana saja bahkan dalam wujud yang sangat dikenali siapa saja. Tidak heran kalau misalnya di masa depan Teknologi Komunikasi semakin berkembang.
B. SARAN
Dalam perkembangan jaman yang semakin maju, akan bisa dipastikan bahwa perkembangan teknologi akan mengalami perkembangan. Dan dampak yang akan terjadi juga akan sangat besar bagi kehidupan manusia. akan sangat baik sekali jika perkembangan jaman dan teknologi tersebut juga dibarengi dengan kedewasaan diri dalam pemanfaatan teknologi. Karena bisa saja pemanfaatan teknologi tanpa adanya perhatian khusus dan pemahaman lebih baik akan mengakibatkan kerugian bagi diri dan orang lain seperti banyak kasus tentang korban teknologi di Indonesia.





komunikasi viltual

(KOMUNIKASI VIRTUAL)

Komunikasi semakin lebih efektif setelah munculnya media komunikasi dengan menggunakan internet atau “the network of the network”. Dalam konteks ini internet dikenal sebagai media komunikasi virtual. Komunikasi virtual adalah proses penyampaian pesan melalui ruang maya (cyberspace) yang bersifat interaktif.

Komunikasi virtual adalah komunikasi dimana proses penyampaian dan penerimaan pesan dengan menggunakan  ( melalui ) cyberspace / ruang maya yang bersifat interaktif.

Komunikasi virtual (virtual communications) sering disalahpahami sebagai “alam maya” namun sebenarnya keberadaan system elektronik itu sendiri adalah konkrit di mana komunikasi virtual sebenarnya dilakukan dengan representasi informasi digital yang bersifat diskrit.

Komunitas virtual bertujuan untuk hiburan saja. Pada komunitas virtual memungkinkan para penggunanya ketergantungan dan berperilaku konsumtif, selain itu anggota komunitas virtual sulit diketahui identitasnya karena para cyber ( sebutan pengguna layanan virtual dalam komuniats virtual) menyembunyikan identitasnya

Kemajuan tekhnologi telah mengantarkan manusia untuk menciptakan bentuk baru dalam berinteraksi dan bersosialisasi. Yahoo, Messengger, IRC, MailingList, Online Forum, Weblog dan Friendster adalah contoh bagaimana manusia tetap berusaha berkumpul dan menjalin hubungan dan berbagi kesamaan dengan manusia – manusia lain. Sehingga komunitas virtual berlanjut dengan terbentuknya komunitas fisik alias terjadi pertempuran antar para anggotanya. Komunitas dalam berbagai bentuk ini telah terjadi kumpulan sekelompok orang dengan segmentasi tertentu dan biasanya terjadi proses pertukaran informasi yang cepat dengan adanya tekhnologi internet. Interaksi yang terjadi dalam komunitas virtual tidak terjadi secara langsung atau tida secara face to face karena komunikasi berada pada dunia maya.

Internet merupakan media komunikasi yang sangat efektif bagi umat manusia di dunia. Layanan yang ditawarkan juga beragam. Kita dapat menikmati fasilitas-fasilitas seperti e-mail, chatting (mIR Chat) dan web.

1.      Komunikasi Virtual

a.       Bandingkanlah dan analisalah perbedaan, kelebihan, kekurangan antara konsep, unsure dan model komunikasi virtual (e-mail, chatting dan web) dengan model klasik!

A.    E-Mail

Merupakan layanan internet yang diminati banyak orang di dunia. E-Mail adalah suatu bentuk layanan internet yang menawarkan penyampaian pesan secara luas. E-mail atau “electronic mail” berbentuk asynchronous communications (komunikasi asinkronis), artinya pengirim pesan dan penerima pesan tidak berada pada tempat dan waktu yang sama.

Kelebihan :

Ø   Proses komunikasinya bersifat terbuka, artinya pengirim dan penerima pesan memiliki kepentingan yang sama.

Kekurangan :

Ø   feedback  tertunda, di mana meskipun pesan dikirim langsung oleh pengirim, namun pesannya tidak langsung dapat diterima dan feedback-nya tidak dapat langsung dikirimkan kepada pengirim. Penerima harus melakukan connection untuk bias menjawab pesan yang dikirim oleh pengirim.

Ø  Penyampaian pesan antara sender dan recipient tergantung pada prinsip-prinsip semantic.

Ø  Pengirim dan penerima pesan pada umumnya sudah saling mengenal.

Ø   Memungkinkan terjadinya salah persepsi dan pemberian makna pada pesan yang diterima karena tidak terdapatnya petunjuk linguistic ataupun petunjuk prosemik (tinjauan psikologis).

B.     Chatting (Internet Relay Chat)

Ini merupakan layanan yang banyak diminati oleh para remaja di seluruh dunia. Di mana layanan room chat ini menawarkan kita untuk dapat berinteraksi secara langsung kepada banyak orang. Room chat atau biasa disebut chatting adalah suatu program untuk para pengguna internet di mana saja, tujuannya agara dapat mengenal satu sama lain, yang berada di belahan dunia lain, berifat synchronous communications yaitu pengirim dan penerima pesan berada pada tempat dan waktu yang sama. Termasuk media komunikasi interaktif. Ada banyak layanan yang dapat kita nikmati misalnya MIRC atau Yahoo! Messanger (YM). Dengan chatting kita dapat melihat wajah orang yang baru kita kenal apa bila computer kita dilengkapi dengan camera, sehingga dengan webcam kita dapat berinteraksi secara tatap muka dengan orang tersebut

Kelebihan :

Ø  dapat berinteraksi secara tatap muka, dengan webcam

Ø  feedback dapat langsung dirasakan, feedback berulang-ulang (direct feed back synchronous)

Ø  bebas berinteraksi

Ø  dapat berinteraksi dengan banyak orang di seluruh dunia

Ø  komunikasi yang terjalin dapat berlanjut

Kekurangan :

Ø  komunikasinya bersifat tertutup

Ø  bentuk pesan tergantung pengirim dan maknanya terkadang susah dipahami oleh penerima

Ø  bahasa yang digunakan, pengetahuan semantic, budaya serta etika dapat menjadi kendala dalam melakukan interaksi chatting.

Ø  Hambatan teknis, seperti disconnect ataupun server down, yang tidak memungkinkan computer yang digunakan terkoneksi dalam jaringan internet.

C.    Websites

Secara teknis, websites adalah sebuah system di mana informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain yang tersimpan dalam sebuah internet webserver dipresentasikan dalam bentuk hypertext. Layanan ini dapat dimanfaatkan untuk memasang informasi secara on line dan bersifat virtual (maya) yang memiliki kaitan (link) informasi yang tidak terbatas.

Web dapat diakses oleh perangkat lunak web client yang disebut Browser. Browser membaca halaman-halaman web yang tersimpan dalam webserver melalui protocol yang disebut HTTP (Hypertext Transfer Protocol). Beberapa yang cukup popular Microsoft Internet Explorer, Netscape Navigator, Opera, Mozila Fox,dll. Selain itu, juga terdapat produk browser yang hanya dikenal dikalangan terbatas

Kelebihan :

Ø  Dapat dinikmati kapan saja

Ø  Informasi yang ditawarkan sangat lengkap

Ø  Bebas mencari informasi

Ø  Informasi bersifat umum

Ø  Informasinya lebih actual

Ø  Informasinya juga bersifat highlight

Kekurangan :

Ø  Feedback bersifat asynchronous communications

Ø  Hambatan mekanis, yakni server down, disconnect dan conection failed. Tidak terjadinya koneksi antara computer user dengan jaringan internet.

Ø  Hambatan bahasa dari web dominant luar negeri yang lebih banyak eksposurenya disbanding web dominant dalam negeri.

Ø  User terkadang tidak tahu untuk mengeksplorasi suatu web melalui icon-icon yang terdapat dalam web.

Ø  Adanya keterbatasan informasi dalam web yang diinginkan oleh user sehingga tidak memberikan kepuasan pada pengguna.

KOMUNITAS VIRTUAL

a.       Apa perbedaan antara komunitas virtual dengan pengertian komunitas dalam konteks sosiologi?

b.      Bagaimana perbedaan dalam hal interaksi dan komunikasi di antara dua komunitas yang berbeda itu?

a)      Pada prinsipnya komunitas virtual merupakan sebuah forum di mana para anggotanya saling bebas berhubungan dengan mengeluarkan pendapat, namun hal ini dalam konteks ruang maya (cyberspace). Komunitas virtual ini, meliputi sekelompok orang yang melakukan komunikasi atau berinteraksi melalui multimedia. Jadi kesimpulannya, Virtual Community adalah kelompok yang interaktif, dibangun atas dasar konsep “many-to-many communications” didesain untuk menarik anggota, membuat mereka terlibat lebih dalam di dalam komunitas, mempunyai satu focus yang dapat membuat anggota komunitas itu datang kembali.

Sedangkan dalam konteks sosiologi, masih berkaitan tentang filosofi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau terpisah dengan manusia yang lain. Komunitas dalam kontek ini, merupakan sekelompok orang yang terlibat dalam kepentingan yang sama, saling berinteraksi satu sama lain.

b)     Perbedaan interaksi komunikasi antar kedua komunitas itu (komunitas virtual dan komunitas sosiologi) yaitu :

                                             I.      Komunitas virtual yang terlibat berada di dunia maya “cyberspace” sedangkan komunitas sosiologi dapat bertatap muka langsung.

                                          II.      Pada komunitas virtual biasanya dapat bertujuan untuk komersial, sedangkan komunitas sosiologi untuk keakraban saja (saling mengenal satu sama lain).

                                       III.      Feedback pada komunitas virtual biasanya tidak langsung dan sifatnya asynchronous communications. Sedangkan pada komunitas sosiologi, feedback dapat dirasakan langsung dan bersifat synchronous communications.

Sekelompok manusia yang mempunyai hobi yang sama yaitu, masuk dalam dunia maya dan di dalam komunitasnya tersebut mempunya kepentingan yang sama antar beberapa pengguna layanan internet ini. Biasanya komunitas virtual adalah mereka-mereka yang benar-benar berinteraksi malalui ruang maya baik melalui email, chating, website, ataupunyang sedang marak akhir- akhir ini yaitu pengguna friendster. Para pengguna friendster merasa mempunyai dunia ke dua setelah dunia nyata, yaitu dunia maya melalui sebuah komunitas virtual. Dalam komuniats viertual nilai-nilai kesopanan di nomor duakan dan hal ini mengakibatkan munculnya kriminalitas melalui cyberspace.

Komunitas virtual bertujuan untuk hiburan saja. Pada komunitas virtual memungkinkan para penggunanya ketergantungan dan berperilaku konsumtif, selain itu anggota komunitas virtual sulit diketahui identitasnya karena para cyber ( sebutan pengguna layanan virtual dalam komuniats virtual) menyembunyikan identitasnya.

Komunikasi virtual : proses penyampaian pesan yang dikirimkan melalui internet atau cyberspace. Komunikasi virtual bisa dikatakan berkomunikasi melalui dunia maya. Dalam model komunikasi virtual contohnya adalah seperti chating, browsing, dan email melalui internet. Komunikasi virtual (virtual communications) sering disalahpahami sebagai “alam maya” namun sebenarnya keberadaan system elektronik itu sendiri adalah konkrit di mana komunikasi virtual sebenarnya dilakukan dengan representasi informasi digital yang bersifat diskrit.

Pada dasarnya komunitas virtual bisa dibedakan menjadi dua jenis. Merujuk pada penjelasan Tonnies dalam bukunyaCommunity and Asociation yang terbit tahun 1955 (dikutip David Bell, 2001:94) bahwa komunitas terbagi menjadi Gemeinschaft  danGesellschaft. Gemeinschaft merujuk pada jenis komunitas yang berkarakter ’total community’ di mana setiap individu maupun aspek-aspek sosial di dalamnya berinteraksi secara vertikal maupun horisontal, berjalan secara stabil dan dalam waktu yang lama, merupakan hasil dari adanya kesamaan maupun kebutuhan, terbentuk dari adanya pertukaran ritual maupun simbol-simbol sebagaimana yang terjadi dalam interaksi sosial secara nyata yang dibangun secara face-to-face interactions. Inilah yang disebut Tonnies sebagai komunitas (dalam pengertian) tradisional; dimana setiap individu membantu individu yang lain, setiap individu mengenal identitas atau informasi individu yang lain, dan ikatan yang terjalin antarindividu sangat kuat serta menjelma dalam berbagai wujud.

Sedangkan Gesellschaft adalah kebalikan dari kondisi Gemeinschaft.Ditenggarai oleh derasnya urbanisasi di kota-kota besar, Tonnies menjelaskan bahwa jenis komunitas ini terbentuk dari berbagai aspek yang sangat heterogen. Setiap anggota komunitas memiliki kepentingan yang berbeda-beda, komitmen yang berbeda, dan tidak adanya ikatan antar individu begitu juga dengan norma atau nilai-nilai yang menjadi pengikatnya. Hubungan yang terjadi antar individu dalam komunitas ini terjadi sangat dangkal dan lebih bersifat instrumen formal belaka. Dalam Gesellschaft, komunitas tidak berkembang secara simultan dan tidak membesar; meski anggota komunitas yang ada di dalamnya secara kuantitas berjumlah besar, sebagaimana penduduk di ibu kota, dan setiap individu akan bertemu dengan individu lainnya setiap waktu namun hubungan yang terjalin hanyalah parsial dan sementara. Sebagaimana diungkapkan oleh  Kollock dan Smith (1999:16) ’there is great deal of loneliness in the lives of many city dwellers’.

Dua jenis komunitas yang disodorkan oleh Tonnies ini pada dasarnya mewakili jenis komunitas yang ada di ruang siber. Namun, pilihan apakah individu itu akan menjadi Gemeinschaft  dan Gesellschaft itu tergantung dari pilihan individu itu sendiri, bukan dibentuk oleh kebiasaan yang terjadi dalam kehidupan sosial yang dibentuk dalam waktu yang lama sebagaimana di kehidupan nyata. Ia bisa menjadi individu yang aktif dalam komunitas virtual, meiliki jalinan antaranggota forum yang kuat, dan membagi nilai-nilai kebersamaan. Tetapi dilain sisi dia juga bisa sekadar menjadi kaum urban yang bergerak dari kehidupan nyata atau offline ke online—selayaknya  kaum urban di kota besar—dengan tidak melibatkan diri lebih jauh di komunitas virtual tersebut. Sekadar melihat ada topik diskusi apa yang menarik atau mencari kebutuhan offline dan jika kebutuhan tersebut terpenuhi, maka komunitas virtual itupun ditinggalkan.

MANFAAT KOMUNITAS VIRTUAL

  Dari segi sosialisasi, rasa sosial kita sebagai manusia akan terasa lebih besar karena dengan masuk dalam komunitas virtual maka kita dapat mengenal siapapun itu dan dari manapun itu. Kita bisa dnegan mudah mencari teman dari daerah yang berbeda, pulau yang berbeda, suku yang berbeda, maupun negara yang berbeda.

  Kita bisa saling bertukar pikiran, mendiskusikan atau hal-hal yang kita senangi. Dalam komunitas inipun kita bisa membicarakan pekerjaan, bisnis, atau masalah pendidikan. Dengan begitu pekerjaan tidak melulu dilakukan hanya dalam kantor, atau ruangan namun dalam jarak jauhpun kita bisa melakuakan bisnis kita.